Selama liburan di bulan Ramadhan ini saya sangat jarang menonton atau menyaksikan seni teather, hanya beberapa kali saya menonton di TV, seperti film film dan drama komedi, dari situlah saya dapat brlajar untuk bagaimana berakting dan memainkan peran yang bagus dengan memperhatikan acting-akting yang diperankan oleh tokoh-tokoh.

ASYIKNYA BUBAR BUPATI……

Kedatangan bupati kuansing ke SMA PINTAR pada tanggal 10 Sept 2009 dalam rangka mengadakan bubar dan silaturahmi antara para pejabat kuansing dengan keluarga besar SMA PINTAR terlaksana dengan sangat meriah. Awal kedatangan bupati berserta rombongan di depan gerbang sekolah disambut hangat oleh keluarga besar SMA PINTAR diiringi alunan musik rebana oleh siswa/i SMA PINTAR. Hingga sampai kelokasi bubar yang telah disediakan di depan asrama siswi dengan tenda-tenda , meja-meja, kursi-kursi yang tersusun rapi.
Anehnya sang Bupati tidak langsung menempati tempat yang telah disediakan untuk beliau, melainkan menggabungkan diri drngan siswa/i SMA PINTAR untuk bersilaturahmi dan berfoto bersama. Tidak lama kemudian waktu bubarpun tiba dengan hanya minum kamipun langsung melaksanakan solat Magrib bersama, lalu dilanjutkan dengan makan bersama,.
Setelah waktu solat Isya masuk kami pun langsung melaksanakan solat berjamaah lalu dilanjutkan dengan solat terawih dan witir. Setelah itu barulah kata sambutan dari Pak Kepala Sekolah, sekda, kepala dinas dan Bapak Bupati Haji Sukarmis, kemudian santapan rohani dari al ustad. Tetapi dari sekian banyaknya rentetan acara sayangnya Bapak Bupati tidak mengadakan waktu Tanya jawab antara keluarga besar SMA PINTAR drngan para pejabat.Dengan begitu diharapkan untuk selanjutnya agar dapat lebih baik.

PLEASE,,,,,DON’T TAKE MY CULTURE!!!
Masalah seni dan budaya adalah masalah yang hampir selalu menjadi penyebab rusaknya hubungan antara negara kita dengan negara tetangga kita MALAYSIA. Kalau ditanya dimana akar permasalahan pengklaiman yang dilakukan Malaysia terhadap budaya dan seni Indonesia masih belum begitu jelas. Kalau di ingat-ingat begitu banyak kebudayaan Negara kita yang telah diklaim oleh Malaysia tanpa persetujuan dari negara kita, contohnya :
• Batik dari Jawa oleh Adidas
• Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
• Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
• Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
• Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
• Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
• Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
• Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
• Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
• Kain Ulos oleh Malaysia
• Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
• Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Begitu banyak kebudayaan yang kita miliki diklaim oleh Malaysia contoh diatasHanya segelintir dari sekian banyaknya kebudayaan kita miliki diklaim oleh Malaysia dari waktu kewaktu . srkarang pertanyaan besar bagi kita semua yang mengaku menyayangi bangsa kita yang tercinta ini apa langkah tegas dari pemerintah dan kita semua untuk menyelesaikan persoalan yang kian lama kian rumit ini…? nampaknya kita harus mengingat kembali segala perjuangan yang telah dilakukan para pejuang negara kita sampai terwujudnya NKRI, mungkin drngan lebih menghargai perjuangan mereka terutama dalam mengisi kemerdekaan.Penjajahan kita akan memiliki idealisme kebangsaan sehingga rasa untuk melindungi bagian dari bangsa indonesia termasuk kebudayayan Indonesia.

Skip to content


TEATER TRADISIONAL

Teater atau seni pentas merupakan salah satu media komunikasi langsung dan menjadi wahana penting dalam menyebarkan pemikiran dan kebudayaan di sepanjang sejarah. Teater, terkadang menyodorkan pertanyaan kepada publik dan terkadang pula mengisahkan tragedi yang begitu menyayat, memaksa penontonnya terhanyut turut menangis, namun kadang juga membuat mereka tertawa lebar.

Teater ritual dan tradisional merupakan bagian dari seni pentas yang berakar dari kebudayaan kuno ataupun kepercayaan suatu bangsa. Seni pentas semacam itu menjadi semacam memori yang masih bertahan menyimpan suatu kenangan saat kehidupan dan kesibukan manusia belum terpisahkan dengan doa-doa dan ritual kepercayaannya. Di masa itu, manusia hidup selaras dengan alam dan menganggap dirinya sebagai bagian tak terpisahkan dari alam. Karena itu, teater ritual yang berkembang di zaman itu mengemas pelbagai konsep yang terlihat berbeda itu menjadi sebuah tontonan seni.

Iran memiliki teater ritual dan tradisional yang sangat beragam, seperti: Siyah bazi, baqal bazi, pardeh khani, khimeh shab bazi, shamael gardani, naqali, dan taziyeh atau shabih khani. Namun sebagian besar dari seni pentas tradisional Iran itu kini makin langka ditemui bahkan ada yang tinggal namanya saja. Namun sebagian lagi ada pula yang mengalami perubahan dan justru berkembang kian pesat sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk menggali dan menghidupkan kembali teater ritual dan tradisional, baru-baru ini di Tehran digelar Festival Internasional Teater Ritual-Tradisional yang ke-14. Sejak tahun lalu, skala festival tersebut diperluas hingga ke tingkat internasional dan menampilkan sejumlah teater ritual dan tradisional dari mancanegara.

Dalam festival kali ini, digelar pelbagai ragam seni drama, mulai dari teater pentas, teater lapangan, hingga teater ritual dan tradisional Iran seperti shabih khani, qahweh khane-i, khimeh shab bazi, dan patuq. Selain itu, delegasi dari India, Italia, Hongkong, Korea Selatan, dan Bulgaria, juga turut menampilkan teater ritual-tradisionalnya. Tercatat 42 teater Iran dan 60 seni pentas berdurasi pendek khusus anak-anak dipentaskan dalam festival kali ini. Di sela-sela festival juga digelar acara pemberian penghargaan kepada empat tokoh senior pegiat teater di Iran.

Salah satu sesi penting Festival Internasional Teater Ritual-Tradisional yang ke-14Tehran adalah seminar internasional tentang teater ritual-tradisional yang berlangsung selama tiga hari. Selain menampilkan narasumber lokal, sejumlah pembicara dari Italia, Finlandia, Afghanistan, AS, Tanzania, Jerman, Singapura, Jepang, Swedia, Turki, dan Turkmenistan juga turut hadir. Selain seminar, panitia festival juga menyelenggarakan forum pelatihan dan pendidikan teater untuk mengenal lebih mendalam dan menemukan unsur-unsur kesamaan dan perbedaan ritual dari berbagai negara.

Pemain teater dan penulis asal Iran, Reza Kiyaniyan dalam orasinya di seminar tersebut menuturkan, "Teater ritual-tradisional memerlukan pendekatan baru dan perencanaan jangka panjang. Para pegiat teater mesti menghidupkan kembali seni pentas tradisional dengan perspektif baru dan mengaitkannya dengan isu-isu aktual. Para peneliti di bidang ini juga bisa memberikan sumbangan besar, sebab persoalan sosial di masa sekarang memerlukan perencanaan dan teater bisa mengemasnya dalam format seapik mungkin. Pada tahap pertama, peneliti mesti menggali kembali naskah-naskah kuno dan klasik, kemudian dilanjutkan oleh para pegiat teater menampilkan substansi aktual lewat format tradisional. Permasalahan yang tak kalah penting lainnya adalah memanfaatkan kemampuan tinggi para seniman dalam jenis seni ini dan para guru seni teater tradisional".

Jafar Vali, sutradara teater dan penulis asal Iran lainnya juga sepakat dengan pendapat tadi. Menurutnya, memperkenalkan teater tradisional kepada masyarakat merupakan jalan terpenting untuk mempertahankan kelangsungan hidup seni pentas tersebut". Lebih lanjut ia menuturkan, "Teater tradisional memerlukan promosi, namun upaya itu tidak cukup hanya dengan menggandalkan persepsi klasik dan tradisional. Kita mesti menciptakan perubahan struktural dalam substansi teater tradisional namun dengan tetap mempertahankan secara utuh kaidah pementasan, sehingga bisa terwujud pengalaman baru. Bahkan dalam beberapa kasus, format dan penampilan pementasan harus diubah juga. Masyarakat sekarang sangat berbeda dengan tipe masyarakat ratusan tahun yang lalu. Mereka memiliki tuntutan dan selera yang baru pula. Karena itu, teater mesti menggarap persoalan hidup sehari-hari mereka. Dengan begitu, inovasi semacam itulah yang akan menjamin kelestarian teater tradisional dan menjaganya untuk generasi mendatang".

Sejatinya, teater tradisional yang kita kenal sekarang lahir dari situasi sosial tertentu yang berbeda dengan kondisi sekarang. Ada banyak peneliti teater yang mengakui bahwa jika teater tradisional dipentaskan sesuai dengan format aslinya, tentu tidak akan banyak menarik minat publik. Dan perlahan akan mengubahnya menjadi ragam seni yang layak dimuseumkan.

Teater tradisional merupakan bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan kultural bangsa-bangsa yang berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar seni menilai perlu diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut sesuai dengan tuntutan masyarakat modern. Menggali kembali akar sejarah teater tradisional merupakan langkah awal untuk menggelar perubahan. Selain itu, mengenal asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater tradisional dengan cara memisahkannya dari tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di masa lalu merupakan salah satu cara untuk menemukan format dasarnya. Selain itu, memadukan teater tradisional dengan sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan tata cahaya, dekorasi, dan musik merupakan salah satu cara untuk membuat seni pentas tradisional terlihat makin menarik.

Amir Dejakam, seorang sutradara, pemain dan penulis teater asal Iran berpendapat bahwa seandainya teater tradisional Iran dikenali secara benar dan dihidupkan ulang, hal itu bisa menjadi ranah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya teater Iran. Lebih jauh ia menjelaskan, "Pementasan teater tradisional secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik modern dan hanya menghibur mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya mempromosikan teater tradisional harus diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini. Kehidupan masyarakat tradisional dan problematika mereka harus bisa menyusup dalam teater tradisional. Sebab hanya dengan cara itulah teater tradisional bisa tetap bertahan".

Point lain yang perlu diperhatikan juga adalah dalam teater tradisional Iran juga tengah terjadi proses aktualisasi. Sebagai misal, selama ini teater tradisional Iran seperti Shabih khani hanya menampailkan kisah kepahlawanan Imam Husein dan sahabat-sahabatnya dalam peristiwa Asyura. Namun sekarang, sejumlah seniman teater Iran mulai menampilkannya dengan mengusung peristiwa heroik para pejuang Iran dalam perang delapan tahun yang dipaksakan rezim Baath Irak terhadap Iran di dekade 1980-an.